FORKOPINDA WONOGIRI
HADIRI UPACARA HARKITNAS KE-110 TAHUN 2018
Wonogiri,
Pada hari Senin pukul 07.30 sd 08.10 Wib bertempat di Alun-Alun Giri Krida
Bakti Kab. Wonogiri telah di laksanakan
kegiatan Upacara Bendera Memperingati Hari Kebangkitan Nasional ke-110 Tahun
2018 yang dihadiri oleh kurang lebih 500 orang.
Hadir
dalam upacara tersebut Bupati Wonogiri Joko Sutopo, Wakil Bupati Wonogiri Edy Santosa, Ketua DPRD Wonogiri
Setyo Sukarno, Dandim 0728/Wonogiri Letkol Inf M.Heri Amrrulloh, S.Sos., M.H,
Kapolres Wonogiri AKBP Roberto Pardede, S.IK., Ketua Pengadilan Negeri Wonogiri
Mohammad Istiadi, SH, MH., Kepala Kejaksaan Negeri Wonogiri Dodi Budi Kelana SH.MH.,
Kepala Pengadilan Agama Wonogiri Drs.H.Suwoto SH.MH., Kepala Kemenag Wonogiri Drs. H. Subaidi, MSI.
Adapun
susunan pejabat upacaran, bertindak selaku Ispektur upacara Joko Sutopo Bupati
Wonogiri, Komandan upacara Kapten Inf Sriyono. Pasukan upacara terdiri dari
Satu SST Ba.Ta bersenjata Kodim 0728/Wng, Satu SST Sabhara,Propam,
Babinkamtipnas Polres Wonogiri, Satu SST gabungan PGRI Wonogiri, Satu SST gabungan Pns Depag,Pns Polri, Pns
Inspektorat, Satu SST gabungan Dishub,
Linmas, Damkar, Satu SST gabungan
Banser, Kokam, Satu regu korsik Polres Wonogiri.
Amanat
Menteri Informasi dan Komunikasi RI yang (dibacakan oleh ispektur upacara Bupati Wonogiri) Ketika rakyat berinisiatif
untuk berjuang demi meraih kemerdekaan dengan membentuk berbagai perkumpulan,
lebih dari seabad lalu, kita nyaris tak punya apa-apa. Kita hanya memiliki
semangat dalam jiwa dan kesiapan mempertaruhkan nyawa. Namun sejarah kemudian
membuktikan bahwa semangat dan komitmen itu saja telah cukup, asalkan kita
bersatu dalam cita-cita yang sama, kemerdekaan bangsa. Bersatu, adalah kata
kunci ketika kita ingin menggapai cita-cita yang sangat mulia namun pada saat
yang sama tantangan yang mahakuat menghadang di depan.
Boedi
Oetomo memberi contoh bagaimana dengan berkumpul dan berorganisasi tanpa melihat
asal-muasal primordial akhirnya bisa mendorong tumbuhnya semangat nasionalisme
yang menjadi bahan bakar utama kemerdekaan. Boedi Oetomo menjadi salah satu
penanda utama bahwa bangsa Indonesia untuk pertama kali menyadari pentingnya
persatuan dan kesatuan. Presiden Pertama dan Proklamator Kemerdekaan Republik
Indonesia, Soekarno, pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional tahun 1952
mengatakan bahwa: "Pada hari itu kita mulai memasuki satu cara baru untuk
melaksanakan satu 'ide', satu naluri pokok dari pada bangsa Indonesia.
Naluri
pokok ingin merdeka, naluri pokok ingin hidup berharkat sebagai manusia dan
sebagai bangsa. Cara baru itu ialah cara mengejar sesuatu maksud dengan alat
organisasi politik, cara berjuang dengan perserikatan dan perhimpunan politik,
cara berjuang dengan tenaga persatuan. Para pendahulu yang berkumpul dalam organisasi-organisasi
seperti Boedi Oetomo itu memberikan yang terbaik bagi terbentuknya bangsa melalui
organisasi. Bukan pertama-tama dengan memberikan harta atau senjata, melainkan
dengan komitmen sepenuh jiwa raga.Dengan segala keterbatasan sarana dan
prasarana saat itu, mereka terus menghidup-hidupi api nasionalisme dalam diri
masing-masing. Seratus sepuluh tahun kemudian bangsa ini telah tumbuh menjadi bangsa
yang besar dan maju, sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Meski belum sepenuhnya sempurna,
rakyatnya telah menikmati hasil perjuangan para pahlawannya berupa meningkatnya
perekonomian, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Keringat dan darah
pendahulu bangsa telah menjelma menjadi hamparan permadani perikehidupanyang
nyaman dalam rengkuhan kelambu kemerdekaan.
Kalau
sekarang bangsa ini punya hampir segala yang dibutuhkan, seharusnya kita
terinspirasi bahwa dengan kondisi embrio bangsa seabad lalu yang berada dalam rundungan
kepapaan pun, kita telah mampu menghasilkan energi yang dahsyat untuk membawa
kepada kejayaan. Apalagi kini, ketika kita jauh lebih siap, tak berkekurangan dalam
sumber daya alam dan sumber daya manusia. Saudari-saudara sebangsa dan
setanah-air. Butir kelima dari Nawacita Kabinet Presiden loko Widodo dan Wakil
Presiden Jusuf Kalla berisi visi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia
Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan. Pada awal
tahun ini, visi tersebut mendapat penekanan lebih melalui amanat Presiden Joko
Widodo yang menyatakan bahwa pemerintah akan meningkatkan pembangunan sumber
daya manusia (SDM) pada tahun 2019, melanjutkan percepatan pembangunan
infrastruKur yang menjadi fokus pada tahun-tahun sebelumnya. Melalui pembangunan
manusia yang terampil dan terdidik, pemerintah ingin meningkatkan daya saing
ekonomi dan secara simultan meningkatkan kapasitas sumber daya manusianya.
Bayangkan
jika kita sepenuhnya berhasil membangun sumber daya manusia unggul dari seluruh
dari 260-an juta Iebih penduduk negeri ini. Bercermin dari keberhasilan Boedi Oetomo
menggalang ide nasionalisme mulai dengan segelintir orang seabad lalu, maka apa
jadinya jika seluruh sumber daya manusia unggul kita saat ini berhimpun dalam
ide nasionalisme yang sama, dalam cita-cita untuk kejayaan bangsa yang sama. Kekayaan
alam merupakan sumber daya yang terbatas. Butuh segudang prasyarat untuk bisa
dieksploitasi, dan selalu ada limit untuk menggenjot pemanfaatannya. Sedangkan
sumber daya manusia kita menyediakan kapasitas dan kapabilitas yang sangat luas
untuk dikembangkan. Kebangkitan sumber daya manusia Indonesia secara
bersama-sama dan kompak, tanpa terdistraksi oleh godaan-godaan.
Oleh
sebab itu tema "PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA MEMPERKUAT PONDASI
KEBANGKIIAN NASIONAL INDONESIA DALAM ERA DIGMAL" dalam peringatan Hari
Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2018, ini harus dimaknai dengan upaya-upaya
penyadaran setiap masyarakat Indonesia, untuk mengembangkan diri dan merebut
setiap peluang untuk meningkatkan kapasitas diri yang dibuka oleh berbagai pihak,
baik oleh pemerintah, badan usaha, maupun masyarakat sendiri. Pengembangan
kapasitas sumber daya manusia juga harus diletakkan dalam konteks pemerataan
dalam pengertian kewilayahan, agar bangsa ini bangkit secara bersama-sama dalam
kerangka kebangsaan Indonesia. Saudara-saudara sebangsa dan setanah-air, Bung
Karno juga menggambarkan persatuan bangsa seperti layaknya sapu lidi. jika
tidak diikat, maka lidi tersebut akan tercerai berai, tidak berguna dan mudah dipatahkan.
Tetapi jikalau lidi-lidi itu digabungkan, diikat menjadi sapu, mana ada manusia
bisa mematahkan sapu lidi yang sudah terikat. Gambaran tersebut aktual sekali
pada masa sekarang ini. Kita merasakan bahwa ada kekuatan-kekuatan yang
berusaha merenggangkan ikatan sapu lidi kita. Kita disuguhi hasutan-hasutan
yang membuat kita beftikai dan tanpa sadar mengiris ikatan yang sudah puluhan
tahun menyatukan segala perbedaan tersebut. Padahal inilah masa yang sangat
menentukan bagi kita. Inilah era yang menuntut kita untuk tidak buang-buang
waktu demi mengejar keteftinggalan dengan bangsa-bangsa lain. Momentum sekarang
ini menuntut kita untuk tidak buang-buang energi untuk beftikai dan lebih fokus
pada pendidikan dan pengembangan manusia Indonesia.
Menurut
perhitungan para ahli, sekitar dua tahun lagi kita akan memasuki sebuah era
keemasan dalam konsep kependudukan, yaitu bonus demografi. Bonus demografi
menyuguhkan potensi keuntungan bagi bangsa karena proporsi penduduk usia
produktif lebih tinggi dibanding penduduk usia non-produktif. Menurut perkiraan
Badan Pusat Statistik, rentang masa ini akan berpuncak nanti pada tahun 2028
sampai 2031, yang berarti tinggal 10-13 tahun lagi. Pada saat itu nanti, angka
ketergantungan penduduk diperkirakan mencapai titik terendah, yaitu 46,9
persen. Proyeksi keuntungan bonus demografi itu akan tinggal menjadi proyeksi
jika kita tak dapat memaksimalkannya. Usia produktif hanya akan tinggal menjadi
catatan tentang usia daripada catatan tentang produktivitas, jika mutu sumber
daya manusia produktif pada tahun-tahun puncak bonus demografi tersebut tidak
dapat mengungkit mesin peftumbuhan ekonomi. Oleh sebab itu Bapak Presiden Joko
Widodo dalam berbagaikesempatan selalumendorong dunia pendidikan, bekerja sama
dengan industri dan bisnis, untuk mencari terobosan-terobosan baru dalam
pendidikan vokasi. Jurusan-jurusan baru, baik di tingkat pendidikan tinggi
maupun juga di tingkat menengah, yang berkaitan dengan keahlian dan ilmu
terapan, harus selalu diciptakan untuk memasok industri akan tenaga terampil
yang siap kerja.
Saudari-saudara
sebangsa dan setanah-air, "Generasi bonus demografi" yang kebetulan juga
beririsan dengan "generasi millenial" kita tersebut, pada saat yang
sama, juga terpapar oleh massifnya perkembangan teknologi, terutama teknologi
digital. Digitalisasi di berbagai bidang ini juga membuka jendela peluang dan
ancaman yang sama. Ia akan menjadi ancaman jika hanya pasif menjadi pengguna
dan pasar, namun akan menjadi berkah jika kita mampu menaklukkannya menjadi
pemain yang menentukan lansekap ekonomi berbasis digital dunia. Alhamdulillah,
kita mencatat bahwa tak sedikit anak muda kreatif yang mampu menaklukkan
gelombang digitalisasi dengan cara mencari berkah di dalamnya. Internet,media
sosial, situs web, layanan multimedia aplikasi ponsel, mereka jadikan lading baru
buat berkarya, dan pasar yang menjanjikan bagi kreativitas. Banyak creator konten
dan pengembang aplikasi Indonesia yang mendunia, mendapatkan apresiasi baik
material maupun non-material. Oleh sebab itu, mari bersama-sama kita jauhkan dunia
digital dari anasir-anasir pemecah-belah dan konten-konten negatif, agar anak-anak
kita bebas berkreasi, bersilaturahmi, berekspresi, dan mendapatkan manfaat
darinya. Tidak ada satu pihak yang tanggung jawabnya lebih besar daripada yang
lain untuk hal ini. Pepatah Aceh mengatakan: Pikulan satu dipikul berdua,
rapat-rapat seperti biji timun suri. Artinya kira-kira: Kita harus menjaga
persatuan dalam memecahkan masalah, harus berbagi beban yang sama, merapatkan barisan,
jangan sampai terpecah-belah. Demikian juga, dalam konteks menghadapi
digitalisasi ini, kita semua harus dalam irama yang serempak dalam memecahkan
masalah dan menghadapi para pencari masalah.
Saudara-saudara
sebangsa dan setanah-air, dulu kita bisa, dengan keterbatasan akses pengetahuan
dan informasi, dengan keterbatasan teknologi untuk berkomunikasi, berhimpun dan
menyatukan pikiran untuk memperjuangkan kedaulatan bangsa. Seharusnya sekarang
kita juga bisa, sepikul berdua, menjaga dunia yang serbadigital ini, agar
menjadi wadah yang kondusif bagi perkembangan budi pekerti, yang seimbangdengan
pengetahuan dan keterampilan generasi penerus kita. Selamat Hari Kebangkitan
Nasional ke-110, mari kita maknai peringatan tahun ini di lingkungan kita
masing-masing. Bangkit Indonesia,(Pendim 0728/Wng).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar