2 SST ANGGOTA
KODIM 0728/WONOGIRI
IKUTI UPACARA HARI SUMPAH PEMUDA KE 88
Jumat
(28/10/16) pukul 07.30 sd 08.30 Wib, di Gor Giri Mandala Wonogiri telah
dilaksanakan kegiatan Upacara peringatan hari Sumpah Pemuda ke 88. dengan thema
“Pemuda Indonesia Menatap Dunia”. Hadir
dalam kegiatan Upacara tersebut Bupati Wonogiri Joko Sutopo, Ketua DPRD Kab.
Wonogiri Setyo Sukarno, Kajari Wonogiri Tri Ari Mulyanto, Ketua Pengadilan
Wonogiri Yuswardi, Komandan Kodim 0728/Wonogiri Letkol Inf Basuki Sepriadi yang
sedang melaksanakan dinas diwakilkan Kasdim 0728 Wonogiri Mayor Inf Handoko Setyo
Budi mewakili Dandim 0728/Wonogiri yang melaksanakan dinas luar, Wakapolres
Wonogiri Kompol Wawan Purwanto, Sekda Kab Wonogiri Suharno, Tamu Undangan
perwakilan seluruh SKPD. Pejabat upacara diantaranya Irup Bupati Wonogiri Joko
Sutopo, Paup Kapten Cba Basuki, S.IP (Pasipers), Danup Kapten Inf Hengki
Nurcahyadi (Pasiter) dan pejabat Danki-1 Peltu Sunarno, Danki-2 Pelda
Sugiyarto, Danki-3 Serma Suwarno dan Danki-4 Polri Polres Wonogiri. Dalam
Sambutannya Bupati Wonogiri Joko Sutopo membacakan amanat Menpora Imam
Nahrawi dalam memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-88 Tahun 2016. “Melalui
peringatan hari sumpah pemuda tahun ini kami menyampaikan salam hangat bagi
tokoh tokoh pemuda di seluruh penjuru negeri dan manca negara beserta keluarga
untuk tetap berjuang dan berupaya sekuat tenaga demi kemajuan dan kemakmuran
Bangsa Indonesia, dan terus menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Penghargaan
dan hormat kita semua kepada Bung Karno Bapak Bangsa tokoh pemuda masa itu,
yang meneriakkan kalimat yang sangat terkenal “Beri aku 1.000 orang tua,
niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya Beri aku 10 pemuda, niscaya akan
kuguncangkan dunia”. Saat pertama kali mendengar pidato Bung Karno ini, kita
mungkin sempat bertanya-tanya. Apakah mungkin dan bagaimana caranya, hanya
dengan 10 pemuda, sebuah negara bisa mengguncangkan dunia? Jawaban atas
pertanyaan ini akan kita temukan melalui fakta-fakta berikut ini. Data
demografi Indonesia menyebutkan bahwa jumlah pemuda di Indonesia sesuai dengan
UU No 40 Tahun 2009 tentang kepemudaan dengan range usia antara 16-30 tahun,
berjumlah 61,8 juta orang, atau 24,5% dari total jumlah penduduk Indonesia yang
mencapai 252 juta orang (BPS, 2014)Secara kuantitas angka 24,5% ini cukuplah
besar. Ditambah lagi dalam waktu dekat ini mulai Tahun 2020 sampai 2035,
Indonesia akan menikmati suatu era yang langka yang disebut dengan Bonus
Demografi. Dimana jumlah usia produktif Indonesia diproyeksikan berada pada
grafik tertinggi dalam sejarah bangsa ini, yaitu mencapai 64% dari total jumlah
penduduk Indonesia sebesar 297 juta jiwa. Bonus demografi menjadi windows
opportunity (peluang) yang sangat strategis bagi sebuah negara untuk dapat
melakukan percepatan pembangunan ekonomi dengan dukungan ketersediaan sumber
daya manusia usia produktif dalam jumlah yang cukup signifikan. Rasio
sederhananya dapat digambarkan bahwa disetiap 100 penduduk Indonesia, terdapat
64 orang yang berusia produktif, sisanya 46 orang adalah usia anak-anak dan
lansia.
Rasio
usia produktif di atas 64% sudah lebih dari cukup bagi Indonesia untuk melesat
menjadi negara maju. Itu adalah rasio usia produktif terbaik Indonesia yang
mulai kita nikmati nanti Tahun 2020 dan akan berakhir pada tahun 2035.Lantas,
pertanyaan lainnya adalah, apa relevansinya bonus demografi Indonesia dengan
pidato Bung Karno tentang sepuluh pemuda mengguncang dunia? Jika kita merenung
dan merefleksikan pidato Bung Karno, maka sejatinya jumlah besar saja tidaklah
cukup untuk bisa membawa bangsa ini menjadi bangsa yang maju dan diperhitungkan
di kancah dunia. Bung Karno tidak perlu menunggu bonus demografi untuk bisa
memberikan kehormatan yang layak bagi bangsa dan negaranya. Bung Karno hanya
membutuhkan pemuda-pemudi unggul yang memiliki kualitas dan visi yang besar
dalam menatap dunia. Ketika beberapa waktu yang lalu, Indonesia berhasil
mengantarkan seorang Pemuda Indonesia usia 23 tahun bernama Rio Haryanto ke
level tertinggi balap mobil internasional F1, kita baru menyadari pernyataan
Bung Karno bukan isapan jempol semata. Seluruh mata dunia terbelalak. Dunia
Balap internasional seolah tidak percaya ada anak Indonesia yang berhasil
menembus balapan paling bergengsi di dunia.
Begitu
pun ketika kita berhasil mengembalikan tradisi emas di ajang Olimpiade Rio de
Jeneiro Brasil melalui cabang olahraga Bulutangkis, dunia juga berguncang.
Semua orang pun tahu peraih medali emas itu adalah Owi-Butet, anak muda berusia
27 dan 30 tahun. Bukan hanya di ajang olahraga, di sektor-sektor lain seperti
Industri kreatif, kita juga menemukan talenta-talenta muda Indonesia yang
berhasil mengharumkan negara dan bangsa di kancah internasional. Ada Joe
Taslim, aktor muda yang berhasil mengguncang panggung Hollywood melalui film
fast and furious. Ada juga sutradara muda usia 27 tahun asal Blitar Jawa Timur,
Livi Zheng yang berhasil mengguncang panggung perfilman Hollywood melalui
karya-karya berkelasnya. Di dunia musik, kita punya Sandhy Sundoro musisi muda
Indonesia yang di usianya 28 tahun telah berhasil menyabet penghargaan
Internasional Contest of Young Pop Singer di Latvia pada 2009 dengan
mendapatkan nilai nyaris sempurna dari seluruh juri. Data BPS menyebutkan bahwa
Industri Kreatif hari ini menyumbang tidak kurang dari 7 persen dari total Produk
Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Sebuah kontribusi yang tidak bisa dianggap
kecil ditengah pelambatan ekonomi dunia. Mari kita buktikan dalam sejarah
Indonesia, untuk kesekian kalinya pemuda Indonesia menjadi motor utama penentu
perubahan Indonesia. Bonus demografi menjadi kesempatan kita satu-satunya untuk
memastikan percepatan pembangunan ekonomi Indonesia menjadi negara maju sejajar
dengan negaranegara besar lainnya. Di depan mata kita ada MEA dan Perdagangan bebas
Asia dan dunia. Saatnya pemuda Indonesia membangun visi yang besar menatap
dunia. (Pendim 0728/Wng).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar